YAN Blog's Neo

Jumat, 03 Oktober 2008

Teknologi WEB

TEKNOLOGI WEB
Web adalah jaringan penghubung antar terminal. Namun secara popularity of meaning, web adalah media pemrograman yang menggunakan bahasa pemrograman baik statis maupun dinamis dimana digunakan untuk mencari informasi dan saling berinteraksi antar pengguna IT.
Teknologi web(sekarang) itu sendiri terdiri dari tiga generasi, yaitu generasi Web 1.0, Web 2.0, dan Web 3.0. Semakin tinggi tingkat generasi suatu web, fasilitas dan daya guna web tersebut semakin baik.

Web 1.0
Web 1.0 adalah keluaran pertama dari Tim Berners Lee (pencipta web) yang digunakan untuk publikasi informasi melalui via Internet dan jaringan dengan sistem satu dua arah, yaitu pembaca dapat membaca isi Web, namun tidak dapat menggunakan fasilitas web dan berkomentar. Web ini hanya digunakan untuk sekedar dibaca untuk pengguna(pengunjung) dan menulis dari pembuat Web itu sendiri. Dengan kata lain, Web 1.0 hanya digunakan oleh para komunitas IT dan pelaku utama perusahaan dari pengguna tersebut. Pada sistem jaringan, Web 1.0 menerapkan langkah Client-server yaitu Peer to peer.

Di lain pihak, bahasa pemrograman dari Web ini masih mengandalkan HTML sebagai bahasa utama dan XML sebagai pelengkap. Maka, pembaca hanya dapat membaca dan menyema’ah isi dari materi Web karena pembaca/pengunjung tidak dpat men-Download file yang ada di dalam web tersebut.

Untuk menjadi member dari web itu sendiri serta mengiklankan suatu produk untuk para khalayak, dibutuhkan cara yang rumit dimana sering disebut dengan Personal Website(sekarang adalah Blogging). Sumber informasi diletakkan dalam Britanica Online(sekarang Wikipedia) dimana seluruh sumber informasi dan ilmu pengetahuan diletakkan pada link tersebut.

Web 1.0 hanya digunakan untuk mempublikasi(publishing) berita dan Artikel secara individu/group, tetapi pembaca tidak dapat berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat dari Host. Apabila berita tersebut ada kesalahan, selamanya akan tetap salah sebelum Host mengetahui sendiri kesalahannya dan mampu merubahnya. Hal itu dapat menimbulkan kebohongan public yang fatal bila informasi tersebut ditela’ah oleh pembaca. Suatu kesalahan akan sulit diubah apabila tidak ada yang mengingatkan. Pihak pembaca tidak dapat melakukan apapun untuk memberi tahu kesalahan Host dalam mempublikasikan berita.

Web 2.0
Beberapa rumor dari para masyarakat IT berpendapat bahwa Web 2.0 adalah versi baru dari Web 1.0. Mereka menyangka bahwa Web2.0 adalah wujud revolusi Web yang lebih canggih dengan berbagai macam kemampuan-kemampuan yang belum ada pada web versi sebelumnya, yaitu web 1.0. Perlu diketahui bahwa ternyata semua pendapat tersebut adalah fiktif belaka. Hal yang sebenarnya terjadi adalah Web 2.0 bukanlah teknologi baru. Ironisnya Web 2.0 sudah ada sejak awal mula internet muncul.

Kenyataannya Web 2.0 hanyalah sebuah terminologi baru dalam dunia web yang digembar-gemborkan. Tujuan dari pempublikasian Web 2.0 hanyalah sebuah metode atau cara baru dalam memberdayakan Web. Terminologi Web 2.0 ini pertama kali dicetuskan oleh O’Reilly Media pada tahun 2003. Terminologi ini mengacu pada pemanfaatan web yang belakangan semakin meluas. Sebelumnya, Web hanya berisi setumpuk informasi-informasi statis yang hanya bisa dibaca oleh pengunjung. Sekarang, web telah berubah menjadi dunia interaktif dan komunikatif yang melibatkan partisipasi aktif dari pengunjung website yang bersangkutan. Contoh: pengunjung bisa ikut memasukkan konten, bermain game, memberi komentar dan sebagainya. Intinya, Web 2.0 adalah sebuah terminologi yang dibuat untuk memberi istilah pada arus baru penggunaan web yang ada belakangan ini.

Teknologi dari Web itu sendiri masih belum banyak berubah sejak awal mula munculnya. Beberapa bahasa pemrograman seperti HTML, CSS, javascript, AJAX, dan sebagainya tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama. Teknologinya sudah ada sejak lama, namun pemanfaatan teknologi tersebut baru akhir-akhir ini saja bergerak kearah pembentukan aplikasi Web yang interaktif. Selain itu, pemberdayaan dan keuntungan komersial juga ikut dipertimbangkan seiring dengan berjalannya perkembangnya software dan bahasa-bahasa pemrograman. AJAX sendiri baru dipopulerkan oleh Google dengan Google Suggestnya.

Web 2.0 itu hanya sebuah istilah marketing. Tim Berners Lee sendiri mengatakan bahwa web 2.0 itu hanyalah sebuah “Piece of Jargon“. Berikut kutipan perkataannya tim Berners Lee dalam sebuah wawancara podcast:
“Nobody really knows what it means, if Web 2.0 for you is blogs and wikis, then that is people to people”. But that was what the Web was supposed to be all along.”
Intinya, Web 2.0 bukanlah sebuah teknologi baru. Web 2.0 hanyalah sebuah terminologi baru. dalam hal ini dapat dikatakan juga bahwa Web 2.0 adalah ekspansi dari Web 1.0 sehingga hubungan antar Web 1.0 dan 2.0 saling berkaitan erat.

Secara teoritis dapat dikatakan bahwa Web 2.0 merupakan teknologi web yang menyatukan teknologi-teknologi yang dimiliki dalam membangun web. Penyatuan tersebut merupakan gabungan dari HTML, CSS, JavaScript, XML, dan tentunya AJAX.

Teknologi AJAX
Dalam pengaplikasian web HTML tidak mungkin sendiri dalam membuat suatu desain yang benar-benar bagus. Oleh karena itu HTML selalu ditemani oleh CSS (Cascading Style Sheet) untuk mempercantik desain, JavaScript untuk membuat tampilan yang dinamis, dan XML (eXtensible Markup Language) yang digunakan untuk mendefinisikan format data . Teknologi penggabungan dari JavaScript dan XML saat ini yang marak disebut dengan AJAX (Asynchorous JavaScript And XML) yang lebih menekan pada pengelolaan content dalam website.

Aplikasi Web 2.0 disajikan secara penuh dalam suatu web browser tanpa membutuhkan teknologi perangkat yang canggih dari sisi user. Tidak mengherankan bila suatu aplikasi (software) dapat diakses secara online tanpa harus menginstalnya terlebih dahulu. Software tersebut misalnya software pengolah kata (seperti MS Word) atau software pengolah angka (seperti MS Excel).

Teknologi ke depan suatu software berbasisi web tidak lagi dijual melainkan suatu fasilitas gratis yang dapat digunakan setiap waktu. Permasalahan manajemen file juga tidak merepotkan, bahkan file dapat disimpan dan juga dapat di-sharing dengan user lain. Implementasi dari teknologi Web 2.0 dapat dilihat pada aplikasi sprearsheet pada Google yang merupakan aplikasi untuk operasi mengolah angka seperti MS Excel.

Tujuh karakteristik web 2.0
Web sebagai platform dimana menjadikan web sebagai tempat bekerja di manapun Anda berada. Cukup dengan membuka web browser, Anda dapat mengerjakan tugas mengetik dokumen, perhitungan keuangan, atau merancang presentasi melalui aplikasi-aplikasi yang telah disediakan dan dapat dijalankan secara langsung melalui internet.
Adanya partisipasi dari pengguna dalam berkolaborasi pengetahuan.
Data menjadi trademarknya aplikasi
Web 2.0 sebagai akhir dari siklus peluncuran produk software, mengilustrasikan setiap produsen software tidak lagi meluncurkan produknya dalam bentuk fisik. Karena web menjadi platform, pengguna cukup datang ke website untuk menjalankan aplikasi yang ingin mereka gunakan.
Dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan web service atau RSS.
Software tidak lagi terbatas pada perangkat tertentu.
Adanya kemajuan inovasi pada antar-muka (interface) di sisi pengguna.
Dukungan AJAX yang menggabungkan HTML, CSS, Javascript, dan XML .

Perbandingan Web 2.0 dengan Web 1.0
Sebenarnya tidak ada kesepakatan adanya versi dalam aplikasi web, namun untuk memudahkan pembahasan dan menandai munculnya perkembangan teknologi web, banyak praktisi yang memberi label Web 1.0 dan Web 2.0. Perbandingan di bawah ini dibuat dari berbagai sumber agar dapat menjelaskan perbedaan antara Web 1.0 dengan Web 2.0 dengan lebih sistematis.

Perbandingan aplikasi Web 1.0 dengan Web 2.0 digambarkan Chris Wolz (2008) dalam presentasi seminar tentang Web 2.0 dan Media Sosial. Ia menggambarkan hubungan yang searah, statis, dan saling berdiri sendiri antara pemilik/penerbit situs dengan pembacanya dengan fokus adalah “saya” sebagai pemilik situs dan situs itu sendiri. Dalam aplikasi Web 2.0, terdapat hubungan yang saling berjejaring antara pemilik maupun pembaca, bahkan “Anda” sebagai pembaca adalah fokus.

Inilah contoh-contoh lompatan generasi Web 1.0 ke 2.0.
  1. Web 1.0 -> Web 2.0
  2. Personal website -> Blogging
  3. Britanica Online -> Wikipedia
  4. Page views -> Cost per click
  5. Publishing -> Partisipasi
  6. Direktori (taxonomy) -> tagging (folksonomi)
  7. Stickiness -> sindikasi
  8. Screen tapping -> web service

Menurut Wikipedia, yang menjadi kunci perbedaan dalam Web 2.0 dan Web 1.0 adalah keterbatasan pada Web 1.0 yang mengharuskan pengguna internet untuk datang ke dalam website tersebut dan melihat satu persatu konten di dalamnya. Sedangkan Web 2.0 memungkinkan pengguna internet dapat melihat konten suatu website tanpa harus berkunjung ke alamat situs yang bersangkutan. Selain itu, kemampuan Web 2.0 dalam melakukan aktivitas drag and drop, auto complete, chat, dan voice seperti layaknya aplikasi desktop, bahkan berlaku seperti sistem operasi, dengan menggunakan dukungan AJAX atau berbagai plug-in (API) yang ada di internet. Hal tersebut akan merubah paradigma pengembang sofware dari distribusi produk menjadi distribusi layanan. Sedangkan karakter lainnya, kolaborasi dan partisipasi pengguna, ikut membantu memperkuat perbedaan pada Web 2.0. Suatu website dapat saja memasukkan beberapa bahkan tujuh karakter Web 2.0 di dalam situs yang dibangunnya. Semakin banyak karakter yang masuk ke dalam website tersebut, suatu situs akan mendekati Web 2.0. Yang terpenting bukanlah klaim sebagai Web 2.0, namun mampukah dampak perkembangan tersebut menjembatani pengguna internet dengan kepentingan perusahaan, komunitas, dan pengguna itu sendiri.

Web 3.0
Web 3.0 adalah salah satu bentuk dan bukti perkembangan web di masa depan. Terobosan ini merupakan bukti bahwa teknologi World Wide Web selalu berkembang.
Dewasa ini, dunia maya(Internet) telah banyak mempengaruhi kehidupan manusia. Hampir 75% masyarakat dunia mencari informasi hanya dengan memanfaatkan satu sumber utama, sumber itu adalah Internet itu sendiri. Semakin banyak orang yang menggantungkan perkembangan informasinya kepada Internet, teknologi yang dipergunakan dalam pembangunan sebuah situs web pun terus berkembang. Dari era pertama web dikembangkan (Web 1.0), dimana pengunjung hanya bisa mencari (searching) dan melihat-lihat (browsing) data informasi yang ada di web, kemudian bergeser pada era pengembangan web kedua (Web 2.0) di mana pengunjung mulai dapat melakukan interaksi dengan diatur oleh sistem yang ada pada web. Jenis interaksi yang dapat dilakukan pada era kedua ini antara lain untuk saling bertukar informasi (sharing), eksploitasi informasi, dan juga pembuatan komunitas-komunitas online seperti yang marak saat ini, seperti Friendster, Multiply, YouTube, dan lain-lain. Masing masing komunitas ini mempunyai kepentingannya sendiri dalam saling bertukar data maupun informasi yang mereka himpun. Dalam era inilah sebenarnya interaksi sosial dalam dunia maya mulai dikembangkan. Mulai dari era ini pulalah ide untuk mengembangkan aspek sosial sebuah web mulai dipikirkan.

Aspek sosial utama yang dimaksud adalah aspek interaksi. Bagaimana sebuah web dapat memberikan sebuah interaksi sesuai dengan kebutuhan informasi setiap pemakaianya merupakan sebuah tantangan utama dikembangkannya versi Web 3.0 saat ini. Walaupun hanya bersifat virtual 3D, namun ternyata banyak yang mengharapkan perkembangan teknologi web ini dapat memenuhi kebutuhan setiap bidang informasi, bahkan setiap orang yang mengunjunginya.

Jika dianalogikan dalam kehidupan nyata, masyarakat kini ingin diperlakukan seperti seorang pengunjung butik dalam mendapatkan apa yang diinginkannya. Bukan seperti pengunjung supermarket yang dibiarkan mencari dan mendapatkan sendiri barang yang dinginkannya. Pengunjung sebuah web ingin dimengerti kemauannya oleh ‘toko’ penyedia informasi (dalam hal ini website). Inilah yang dimaksud dengan tantangan bagaimana sebuah web dapat mengerti dan membantu pengunjung dalam berinteraksi dengan semua informasi yang ada. Sehingga tak mengherankan jika kemudian ciri dari pengembangan web generasi ketiga ini adalah web yang bersifat ‘nyata’, benar-benar ada interaksi yang terjadi, kemudian dapat memberikan arahan atau ‘anjuran’ kepada pengunjung dalam mendapatkan informasi yang diharapkannya. Hal tersebut tentu saja juga tetap bersifat ‘provide’ atau mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan.

Web 3.0 sendiri merupakan sebuah proyek pengembangan semantic web, yaitu sebuah sistem web yang dapat melacak setiap kaitan dari kata-kata yang terangkai, berkaitan dengan arti setiap kata yang dipakai. Tujuannya tentu saja agar web dapat menjadi media umum untuk bertukar informasi melalui dokumen-dokumen yang bahasanya dapat dimengerti oleh sistem, sehingga para pengunjung web dapat dengan mudah mencari data yang tepat atau minimal berkaitan dekat dengan apa yang kita maksud. Web 3.0 sendiri merupakan sebuah realisasi dari pengembangan sistem kecerdasan buatan untuk menciptakan global meta data yang dapat dimengerti oleh sistem, sehingga sistem dapat mengartikan kembali data tersebut kepada pengunjung dengan baik.

Saat ini adaptasi Web 3.0 mulai dikembangkan oleh beberapa perusahaan di dunia seperti secondlife, Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah ada yang mulai mengembangkannya, yaitu Li’L Online (LILO) Community.

Permasalahan lain yang potensial muncul adalah sebagai teknologi masa depan, Web 3.0 juga membutuhkan kecepatan akses Internet yang memadahi dan spesifikasi komputer yang berat. Hal ini disebabkan teknologi ini secara visual berbasis 3D. Sedangkan seperti yang ditahui bahwa biaya akses Internet dengan kecepatan tinggi di Indonesia ini masih terbilang mahal bagi masyarakat umum. Belum lagi jika dihitung dari biaya spesifikasi perangkat komputer yang dibutuhkan, maka masyarakat Indonesia yang ingin menikmati kecanggihan layanan berbasis teknologi Web 3.0 masih harus menarik nafas penjang dan mengkalkulasi dampak jangka panjangnya. Namun karena Web 3.0 sendiri masih dalam pengembangan, seiring dengan berlalunya waktu sebagai masyarakat Indonesia masih bisa mengharapkan bahwa biaya komunikasi, dalam hal ini koneksi Internet kecepatan tinggi akan semakin murah nantinya, sehingga terjangkau bagi masyarakat luas.

Perbedaan Web 3.0 dengan Generasi Web Sebelumnya
Saat ini, dunia web telah memasuki generasi kedua dari website atau disebut dengan web 2.0. Pada generasi sebelumnya yaitu web 1.0 memiliki ciri-ciri umum yang mencolok yaitu consult, surf dan search. Jadi pada jaman web 1.0 hanya sekedar mencari atau browsing untuk mendapatkan informasi tertentu.

Kemudian hadir web 2.0 untuk menggantikan Web 1.0 dimana interaksi sosial di dunia maya sudah menjadi kebutuhan sehingga era Web 2.0 ini memiliki beberapa ciri mencolok yaitu collaborate, share, dan exploit. Di era Web 2.0 sekarang penggunaan web untuk berbagi, pertemanan, dan kolaborasi menjadi sesuatu yang penting. Web 2.0 hadir seiring maraknya pengguna blog, Friendster, Myspace, YouTube dan Fickr. Jadi disini kehidupan sosial di dunia maya benar-benar terasa.

Era Web 2.0 tidak membutuhkan orang jenius yang hanya berkutat sendiri di ruang tertutup atau laboratorium untuk membuat teknologi baru yang dipatenkan agar membuat dirinya menjadi terkenal. Tapi era ini lebih membutuhkan orang untuk saling berbagi ilmu, pengalaman atau hal-hal awam lainnya sehingga terbentuk komunitas online besar yang menghapuskan individualis dan apatis.

Namun lambat laun kebiasaan dan kebutuhan orang di dunia maya selalu berubah dan bertambah. Hal ini juga sejalan dengan semakin cepatnya akses internet broadband dan teknologi komputer yang semakin canggih. Jika pada telekomunikasi sudah mulai terdengar isu era 4G, begitu juga yang terjadi pada dunia website yang juga memunculkan isu akan segera hadirnya era baru yaitu Web 3.0. Teknologi web generasi ketiga ini merupakan perkembangan lebih maju dari Web 2.0 dimana disini web seolah-olah sudah seperti kehidupan di alam nyata. Web 3.0 memiliki ciri-ciri umum seperti suggest, happen dan provide.

Dapat dikatakan bahwa, disini web seolah-olah sudah seperti asisten pribadi yang setia memandu dan memberikan informasi kepada pengguna. Web mulai mengerti kebutuhan pembaca dengan bisa memberi saran atau nasehat, menyediakan apa yang dibutuhkan. Dengan menggunakan teknologi 3D animasi, kita bisa membuat profil avatar yang sesuai dengan karakter, kemudian melakukan aktivitas di dunia maya seperti layaknya di dunia nyata. Kita bisa berjalan-jalan, pergi ke mall, bercakap-cakap dengan teman yang lain.

Di web 3.0 sudah terjadi konvergensi yang sangat dekat antara dunia TI dengan dunia telekomunikasi. Dunia web dan telcom berkembang pesat seiring dengan kebutuhan pengguna. Penggunaan perangkat TI dan telekomunikasi nantinya sudah seperti sama saja tidak ada bedanya. Saat ini saja pertanda seperti itu sudah dapat mulai dirasakan walaupun masih belum sempurna. Pembaca dan pengunjung sudah dapat menonton acara televise di suatu channel di ponsel atau komputer, mengakses internet di ponsel, melakukan SMS dan telepon dari komputer. Hal tersebut dikarenakan konvergensi terhadap berbagai perangkat seperti hukum alam yang tidak bisa dielakkan. Semua mengalami evolusi menuju dunia yang lebih maju.

Model web 3.0 sudah dapat dirasakan salah satunya adalah pada situs secondlife.com . Dan yang juga cukup membanggakan adalah Indonesia sudah mampu untuk masuk ke dunia Web 3.0 ini dengan hadirnya lilofriends.com . Situs yang sudah mendekati model Web 3.0 asli karya anak bangsa yang dikembangkan oleh dikembangkan oleh Li’L Online Games dengan engine dari Altermyth Studio.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]



<< Beranda